banner 728x250

Penurunan Stunting di Kota Metro Capai Angka 7,1%, Lebih Baik dari Target Nasional

  • Bagikan
banner 468x60

Metro, Harian Elvano News-Pemerintah Kota Metro melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPPAPPKB) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di Aula Pemerintah Kota Metro Lampung, Rabu (28/05/2025).

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya sinergis lintas sektor dalam menekan angka stunting secara signifikan di wilayah Kota Metro.

Rakor TPPS ini dilandasi oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting serta Keputusan Wali Kota Metro Nomor 500.18.7-206 Tahun 2025 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Metro Tahun 2025. Kedua dasar hukum ini menegaskan komitmen pemerintah dalam menanggulangi stunting secara sistematis dan berkelanjutan.

Hadir dalam pertemuan ini sekitar 100 peserta, yang terdiri dari anggota TPPS Kota Metro, instansi vertikal, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, Tim Penggerak PKK, Ketua TPPS tingkat kelurahan, serta mitra strategis lainnya. Pertemuan ini tidak hanya menjadi ajang koordinasi, tetapi juga forum diskusi terkait tantangan dan solusi penurunan stunting ke depan.

Dalam sambutannya, Wakil Wali Kota Metro, M. Rafieq Adi Pradana, menyampaikan bahwa prevalensi stunting di Kota Metro tahun 2024 tercatat sebesar 7,1 persen, turun dari tahun sebelumnya.

Angka ini lebih baik dibandingkan target nasional sebesar 14 persen. Namun, tantangan tetap ada, mengingat target nasional tahun 2025 menuntut angka stunting harus berada di bawah 18 persen.

“Untuk mencapai target tersebut, diperlukan penguatan koordinasi, peningkatan akurasi data, dan penyempurnaan intervensi agar tepat sasaran,” ujar Rafieq.

Ia menekankan bahwa strategi percepatan harus dilakukan secara holistik, integratif, dan berkualitas melalui kerja sama lintas sektor dari pusat hingga desa.

Wakil Wali Kota juga menyoroti pentingnya pemahaman masyarakat terhadap isu gizi. Ia menyampaikan bahwa kini sumber protein bisa lebih variatif, tidak hanya dari daging sapi, tetapi juga dari ikan yang lebih terjangkau dan bergizi. Ia mengimbau agar bantuan gizi lebih banyak diberikan dalam bentuk bahan mentah agar proses pengolahan bisa dilakukan secara higienis oleh keluarga penerima.

Penurunan stunting, lanjutnya, tidak hanya bergantung pada intervensi spesifik seperti pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak, tetapi juga pada intervensi sensitif yang meliputi aspek air bersih, sanitasi, pendidikan, dan perlindungan sosial. “Kita tidak bisa bicara gizi tanpa memperhatikan sanitasi dan air bersih. Semua saling terkait,” tegas Rafieq.

Ia menekankan pentingnya edukasi di sekolah tentang kebersihan air dan makanan. Menurutnya, meskipun anak sudah menerima makanan bergizi, jika kualitas lingkungan dan air buruk, maka risiko stunting tetap tinggi. “Oleh karena itu, pendekatan holistik sangat penting, mulai dari 1.000 hari pertama kehidupan hingga lingkungan tempat tumbuh anak,” tambahnya.

Kepala Dinas PPPAPPKB Kota Metro, Wahyuningsih, dalam pemaparannya menegaskan bahwa stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.

Upaya percepatan yang dilakukan di Kota Metro salah satunya melalui program “Bapak Asuh dan Ibu Asuh Anak Stunting” yang telah diluncurkan sejak 2024.

Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan langsung kepada keluarga dengan anak stunting. Orang tua asuh tidak hanya memberi bantuan materi, tetapi juga secara aktif memantau dampak intervensi gizi melalui sistem pelaporan, surveilans rutin, dan kunjungan langsung yang difasilitasi oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK).

Pemerintah Kota Metro berharap, dengan semangat kolaboratif seluruh elemen masyarakat dan instansi terkait, pelaksanaan program-program penurunan stunting di tahun 2025 dan 2026 dapat berjalan lebih optimal. “Kami menyadari pelaksanaan ini belum sempurna, namun dengan komitmen yang tulus, hasil signifikan akan segera terlihat,” pungkas Wahyuningsih.

Dengan capaian dan langkah konkret yang telah ditempuh, Kota Metro menunjukkan komitmen kuat untuk menjadi daerah yang bebas dari stunting. Upaya ini diharapkan tidak hanya berdampak pada tumbuh kembang anak, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam membangun generasi emas Indonesia di masa depan.(Yud)

banner 325x300
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *